MASA (LALU) YANG AKAN HILANG

Kawan, pernahkah kau merasakan sebuah pendertiaan yang sangat ? barangkali rasanya seperti ingin mati saja, ya! Seperti apa, sih, rasanya ditinggal oleh seseorang yang kita cintai? Mungkin kita akan meratap berhari-hari mengenang masa-masa bersamanya dan berharap semua yang telah berlalu kembali lagi, berangan andai mereka tak pernah pergi.


Kawan, bagaimana rasanya diliputi benci dan kemarahan? Ah, seperti mau meledak dada dan kepala. Inginnya memuntahkan segala kekesalan sepuas-puasnya. Kawan, pasti kita pernah gagal. Saat itu, rasanya dunia sudah tertutup bagi kita. Tak ada lagi semangat apalagi tekad. Kitapun mandeg, malas untuk bergerak lagi. Kawan, semua kita pernah berbuat dosa. Sering kita sadar dan menyesal, tapi kita tak sanggup keluar daripadanya.

Kawan, aku percaya, ketika waktu terus berjalan dan semua itu berlalu, engkau akan melihat dengan pandangan berbeda. Bisa jadi, engkau merasakan penderitaanmu dulu tidak sehebat yang kau kira. Masih banyak orang lain yang lebih menderita. Mungkin saja engkau akan melihat kemarahan dan kebencianmu tidaklah beralasan. Sangat boleh, kegagalanmu belum ada apa-apanya. Barangkali kesalahan dan dosa itu akan membuat kita bisa melihat dan menghayati kebenaran.

Kawan, seiring waktu yang berjalan, pikiran kita tumbuh. Perasaan kita berubah. Jika demikian halnya, maka mengapa kita biarkan diri tenggelam sedangkan ia akan menjadi masa lalu pada akhirnya? Jadi....

Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.

Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa,
sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti tenggelam didalamnya,
Sedang kedermawanan justru akan melipat gandakannya

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan di dunia,
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera.

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti.

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya.
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta.

Suatu hari nanti,
Saat semua telah menjadi masa lalu
Aku ingin ada diantara mereka
Yang bertelekan di atas permadani
Sambil bercengkrama dengan tetangganya
Saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu
Hingga mereka mendapat anugerah itu (surga).

[(Duhai kawan, dulu aku menderita, namun aku tetap berusaha untuk senantiasa bersyukur dan bersabar dan ternyata, derita itu hanya sekejap saja dan Cuma seujung kuku, dibanding segala nikmat yang kuterima disini)—(wahai kawan, dulu aku membuat dosa sepenuh bumi, namun aku bertaubat dan tak mengulang lagi hingga maut menghampiri. Dan ternyata, ampunan-Nya seluas alam raya, hingga sekarang aku berbahagia)]

Suatu hari nanti
Ketika semua telah menjadi masa lalu
Aku tak ingin ada di antara mereka
Yang berpeluh darah dan berkeluh kesah:
“Andai di masa lalu mereka adalah tanah saja.”

0 comments: